Minggu, 25 Mei 2014

Muadz Sang Mujtahid

Muadz adalah seorang remaja dari kota Yatsrib, dia sangat cerdas, dan berkemampuan yang sangan keras, dia mengenal islam dari Mush’ab bin Umair
Seorang dai muda dari kota Makkah.
      
Muadz ikut rombongan 72 orang delegasi dari Yatsrib berbaiat kepad Nabi Muhammad Saw. Di Aqabah. Mereka bersumpah setia kepada Nabi dan siap berjuang membela Nabi apabila Nabi Hijrah ke Yatsrib.
Sekembalinyan dari Makkah, Muadz bersama dengan beberapa orang remaja  sebayanya membentuk suatu kelompok untuk menghancurkan berhala Dan membuangnyadari rumah kaum musyrikin di Yatrib. Salah satu aksi Muadz dan teman-temanya adalah Amr bin Jamuh, pemimpin Bani Salamah. Orang tersebut mempunyai sebuah berhala yang terbuat dari kuya yang sangat bagus, harganyapun sangat mahal. Patung itu diberi pakain dari sutra halus dan diberi wewangian setia hari. Dia merawat patung itu dengan penuh kasih sayang dan penuh hormat.


Pada suatu malam, Muadz bersama kelompoknya mencuru patung tersebut dan membuangnya ketempat yang sangat kotor yang berada di belakang rumahnya, keesokan harinya Amr mencari cari patungnya kemudian ditemukan di tempat yang sangat kotor yang berada di belakang rumahnya “celaka orang yang membuang dan membuang tuhan kami.” Amr sangat marah.
Patung itu diangkat dari kotaoran, dimandikan dan dibersihkan kembali, kemudian diberi wangi wangian, dan di taruh ditempatnya semula. Kejadian itu terjadi berkali kali, yang akhirnya Amr menggantungkan pedang dileher patung itu sambil berkata “Hai manat, demi Allah aku tidak tahu siapa yang menganiayamu. Jika engkau memang sanggup maka lindungilah dirimu sendiri dengan pedang ini,… Pada malam harinya Muadz dan kawan kawannya kembali mengambil patung tersebut, mengikatnya disatukan dengan bangkai anjing, lalu membuangnya lagi ketempat yang kotor itu, setelah menemukannya pun Amar kaget dan kemudian sadar. ” seandainya engkau benar benar tuhan, tentu engkau tidak mau diikat dengan bangkai anjing ditempat yang penuh dengan kotoran ini ” dari sinilah ia pun masuk islam.

Setelah Nabi hijrah ke Yatsrib dan kemudian mengganti nama kota tersebut menjadi Madinah, Muadz banyak mendampingi Nabi dan sekaligus menimba ilmu dari beliau, terutama dari segi syari’ah. Dengan cepat Muadz menjadi salah seorang sahabat yang paling pandai membaca al-qur’an dan memahami isinya.
Tatkala delegasi raja raja Yaman datang kepada Rasulullah menyatakan dirinya masuk islam bersma rakyatnya, mereka minta kepada Nabi untuk mengirim guru guru mengajarkan agama kepada mereka. Nabi mengirim beberapa otang yang dipimpin oleh Muadz.
Tatkala melepas Muadz, Nabi bertanya, “Berdasarkan apa engkau menetapkan hukum wahai Muadz…? Muadz menjawab, Berdasarkan kitab Allah, “jika engkau tidak menemui dalam kitab Allah… ? Muadz menjawab dengan Sunnah Rasulullah, ” Jika engkau tidah temui dalam sunnah Rasulullah..? Muadz tanpa ragu ragu menjawab “Aku akan berijtihad menggunakan akal fikiranku.” Nabi begitu senang dan memuji kepada Allah atas jawaban Muadz tersebut, maka dialog inilah yang dijadikan dasar hikum ijtihad para ulama. Allahu Akbar...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar