Pengertian ikhtilath secara bahasa adalah bercampurnya dua hal
atau lebih. Ikhtilath dalam pengertian syar’i maksudnya bertemunya/ bercampur-baurnya
perempuan dan laki-laki (yang bukan mahramnya) di suatu tempat atau pada sebuah momen dan forum secara campur baur dan terjadi interaksi di antara laki-laki dan perempuan (misal bicara, bersentuhan, berdesak-desakan, dll) yang tidak dibenarkan oleh Islam.
Sesungguhnya ikhtilat adalah jalan yang memudahkan terjadinya berbagai
kemaksiatan. Antara lain : (1) terjadinya khalwat, yaitu laki-laki yang
berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Sabda Rasulullah
SAW,”Janganlah sekali-kali seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang
perempuan, karena yang ketiganya adalah syaitan.” (HR Ahmad).
Pengertian tabarruj menurut bahasa adalah wanita yang memamerkan keindahan dan
perhiasannya kepada laki-laki. Tabarrajatil
mar’ah artinya wanita yang menampakkan kecantikannya, lehernya, dan wajahnya.
Ada yang mengatakan, maksudnya adalah wanita yang menampakkan perhiasannya,
wajahnya, kecantikannya kepada laki-laki dengan maksud untuk membangkitkan
nafsu syahwatnya.
Menurut syariah, tabarruj adalah setiap perhiasan atau kecantikan yang
ditujukan wanita kepada mata-mata orang yang bukan muhrim. Termasuk orang yang
mengenakan cadar, di mana seorang wanita membungkus wajahnya, apabila
warna-warnanya mencolok dan ditujukan agar dinikmati orang lain, ini termasuk
tabarruj jahiliyah terdahulu.
Seperti yang disinyalir ayat,
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya.” (Al-Ahzab: 33)
Allah melarang para wanita untuk tabarruj setelah memerintahkan mereka
menetap di rumah. Tetapi apabila ada keperluan yang mengharuskan mereka keluar
rumah, hendaknya tidak keluar sembari mempertontonkan keindahan dan
kecantikannya kepada laki-laki asing yang bukan muhrimnya. Allah juga melarang
mereka melakukan tabrruj seperti tabarrujnya orang-orang jahiliyah terdahulu (jahiliyah sebelum Islam).
Bahaya Tabarruj dan Ikhtilath
Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan bahaya tabarruj dan ikhtilah
bagi, diri, keluarga, dan masyarakat.
1. Tabarruj dan ikhtilath adalah maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya
Dan barangsiapa bermaksiat kepada Allah akan merasakan akibatnya. Sama
sekali tidak akan membahayakan Allah. Rasulullah saw. bersabda,
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبَى،
فَقَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ
الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau.” Mereka (sahabat)
bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah yang tidak mau?” Beliau bersabda,
“Barangsiapa taat kepadaku akan masuk surga dan barangsiapa bermaksiat kepadaku
ia orang yang tidak mau.” (H.R. Bukhari)
2. Tabarruj dan ikhtilath termasuk dosa besar
Karena kedua hal ini merupakan sarana paling kuat terhadap perbuatan zina.
Di riwayat yang shahih dari Ahmad diceritakan bahwa Umaimah binti Raqiqah
datang kepada Rasulullah saw. Untuk berbaiat kepada beliau dalam membela Islam.
Beliau bersabda,
أُبَايِعُكَ عَلَى أَنْ لاَ تُشْرِكِي بِاللهِ شَيْئًا، وَلاَ
تُسْرِقِي، وَلاَ تَزْنِي، وَلاَ تَقْتُلِي وَلَدَكِ وَلاَ تَأْتِي بِبُهْتَانٍ
تَفْتَرِيْنَهُ بَيْنَ يَدَيْكَ وَرِجْلَيْكِ وَلاَ تَنُوْحِي وَلاَ تَتَبَرَّجِي
تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأُوْلَى
“Aku membaiatmu agar kamu tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, tidak
mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anakmu, tidak melakukan kebohongan dari
hadapanmu (karena perbuatan lisan dan kemaluan), tidak meratapi (orang mati),
dan tidak tabarruj dengan tabarruj jahiliyah pertama.” (H.R. Bukhari)
Lihatlah bagaimana Rasulullah saw. mengaitkan antara tabarruj dan dosa-dosa
besar seperti syirik, mencuri, dan berzina.
3. Tabarruj dan Ikhtilath mendatangkan laknat
Di Mustadrak Al-Hakim dan di Musnad Imam Ahmad dari Abdullah bin Umar
Rasulullah saw bersabda,
يَقُولُ سَيَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي رِجَالٌ يَرْكَبُونَ عَلَى
السُّرُوجِ كَأَشْبَاهِ الرِّجَالِ يَنْزِلُونَ عَلَى أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ
نِسَاؤُهُمْ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ عَلَى رُءُوسِهِمْ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ
الْعِجَافِ الْعَنُوهُنَّ فَإِنَّهُنَّ مَلْعُونَاتٌ لَوْ كَانَتْ وَرَاءَكُمْ
أُمَّةٌ مِنْ الْأُمَمِ لَخَدَمْنَ نِسَاؤُكُمْ نِسَاءَهُمْ كَمَا يَخْدِمْنَكُمْ
نِسَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ
“Akan datang di akhir umatku nanti laki-laki yang naik pelana (mewah)
layaknya laki-laki yang turun ke pintu-pintu masjid, wanita-wanita mereka
mengenakan pakaian namun telanjang, di kepala mereka seperti punuk unta kurus.
Kutuklah wanita-wanita itu karena sesungguhnya mereka itu terkutuk. Jika
setelah kalian ada kaum, tentu wanita-wanita kalian akan melayani wanita-wanita
mereka sebagaimana wanita-wanita kaum terdahulu melayani kalian.”
4. Tabarruj temasuk sifat penghuni neraka
Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ
سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ
عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ
الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا
لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku lihat sekarang ini. Satu
kaum yang bersama mereka cambuk-cambuk seperti ekor sapi yang dipakai untuk
memukul orang. Wanita-wanita mereka berpakaian namun telanjang, bergaya pundak
mereka dan berpaling dari kebenaran. Kepala mereka seperti punuk unta kurus,
mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya. Padahal baunya tercium dari
jarak perjalanan sekian dan sekian.” (H.R. Muslim)
5. Tabarruj adalah Kemunafikan yang akan Mendatangkan Kegelapan di hari
Kiamat
Al-Baihaqi meriwayatkan sabda Rasulullah saw. dengan sanad shahih,
خَيْرُ نِسَائِكُمْ اَلْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْمُوَاتِيَةُ
الْمُوَاسِيَةُ إِذَا اتَّقَيْنَ اللهَ وَشَرُّ نِسَائِكُمْ اَلْمُتَبَرِّجَاتُ
الْمُتَخَيِّلاَتُ وَهُنَّ الْمُنَافِقَاتُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّة َمِنْهُنَّ
إِلاَّ مِثْلَ الْغُرَابِ الأَعْصَمِ
“Sebaik-baik wanita kalian adalah yang penyayang, yang banyak melahirkan,
yang cocok (dengan suaminya) jika mereka bertakwa kepada Allah. Dan
seburuk-buruk wanita adalah yang tabarruj dan sombong. Mereka itulah
orang-orang munafik. Tidak akan masuk surga salah seorang di antara mereka
kecuali seperti gagak putih.” (Baihaqi).
6. Tabarruj dan ikhtilath menodai kehormatan keluarga dan masyarakat
Diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ تَسْأَلْ عَنْهُمْ رَجُلٌ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ وَعَصَى
إِمَامَهُ وَمَاتَ عَاصِيًا وَأَمَةٌ أَوْ عَبْدٌ أَبَقَ فَمَاتَ وَامْرَأَةٌ
غَابَ عَنْهَا زَوْجُهَا قَدْ كَفَاهَا مُؤْنَةَ الدُّنْيَا فَتَبَرَّجَتْ
بَعْدَهُ فَلاَ تَسْأَلْ عَنْهُمْ
“Ada tiga orang yang, kamu jangan bertanya kepada mereka: seseorang yang
keluar dari jamaah dan durhaka kepada imamnya lalu mati dalam keadaan
bermaksiat, seorang budak perempuan dan laki-laki yang berlari (dari tuannya)
kemudian ia mati, dan seorang wanita ditinggal keluar oleh suaminya dan telah
dicukupi kebutuhan dunianya lalu ia bertabarruj setelah itu. Maka jangan
bertanya kepada mereka.” (H.R. Ahmad)
7. Tabarruj adalah sunnah Iblis
Jika menutup aurat dan berhijab serta menjaga diri dan kehormatan adalah
sunnah Nabi saw. Maka tabarruj dan ikhtilath adalah sunnah Iblis, di mana
sasaran godaan pertama terhadap manusia adalah agar auratnya terbuka. Allah
mewanti-wanti hal ini kepada kita agar kita tidak terfitnah oleh tipu daya
Iblis. Allah berfirman,
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan
dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya.
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang
kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan
syetan-syetan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.”
(Al-A’raf: 27).
8. Tabarruj dan Ikhtilath adalah Permulaan Zina
Setiap kali penyimpangan terjadi akan melahirkan penyimpangan lain yang
lebih besar. Ketika wanita tidak menutup auratnya dan tidak menjaga
kehormatannya dengan bercampur bersama laki-laki yang bukan muhrimnya, terlebih
dengan dandanan yang menyebar fitnah, rasa malu sudah sirna dan ghirah
laki-laki mulai tiada, maka hal-hal haram menjadi mudah dilakukan bahkan
dosa-dosa besar menjadi hal yang biasa dan wajar. Termasuk di antaranya zina.
Di tengah masyarakat kita sekarang terjadi perbedaan persepsi tentang zina.
Bahkan tidak ada undang-undang yang menjadikan zina sebagai kejahatan kecuali
ia terkait dengan hak-hak asasi manusia.
9. Tabarruj dan Ikhtilath mengundang Siksaan Allah
Di hadits riwayat Ibnu Majah Rasulullah saw bersabda,
لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا
إِلَّا فَشَا فِيهِمْ الطَّاعُونُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي
أَسْلَافِهِمْ الَّذِينَ مَضَوْا
“Tidaklah nampak kebejatan di antara kaum Luth sampai mereka terang-terangan
(melakukannya) kecuali setelah itu tersebarlah penyakit kolera dan kelaparan
yang belum pernah terjadi pada pendahulu mereka.” (Ibnu Majah).
Secara umum, kemaksiatan kerap kali menjadi penyebab terjadinya berbagai
musibah. Seperti yang Allah sinyalir dalam Al-Qur’an,
“Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan
kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah)
tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya
berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian kami hancurkan negeri
itu sehancur-hancurnya.” (Al-Isra’: 16)
Tentu saja yang akan terkena dampaknya tidak hanya pelaku kemaksiatan, kaum
mutabarrijat dan mereka tidak ada hijab dalam hubungan antar lawan jenis. Semua
orang yang ada di sebuah komunitas akan terkena dampaknya. Maka kewajiban bagi
semuanya adalah mencegah terjadinya berbagai kemaksiatan dan kemungkaran sebisa
mungkin. Para ulama dan pemimpin menjadi penanggung jawab utama sebelum yang
lain dalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Abu Bakar As-Shidiq meriwayatkan bahwa ia mendengar sabda Rasulullah saw,
إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْمُنْكَرَ فَلَمْ يُغَيِّرُوْهُ
أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابٍ
“Jika manusia melihat kemungkaran lalu tidak merubahnya, hampir Allah
meratakan siksanya kepada mereka semua.” (Diriwayatkan Empat Imam dan dinilai
shahih oleh Ibnu Hibban)
(Materi disampaikan pada Kajian Keislaman Mahasiswa di IAIN Banjarmasin)
Sumber:
http://www.dakwatuna.com/2007/01/24/73/tabarruj-dan-ikhtilath/#ixzz3M7Zyf2HU
dan berbagai sumber lainnya.